Shangri-La sebuah perkataan yang membuat suatu angan-angan Sorga yang berada di Bumi, jadi WOW ! Sebuah kata yang diungkapkan pada tahun 1933, dalam sebuah Novel Lost Horizon yang di tulis oleh Bapak. James Hilton dari Inggris. Bapak James mengungkapkan Shangri-La sesuatu yang mistik, lembah yang harmony, dengan kata lain adalah Sorga yang berada di Bumi. Jadi sebutan Shangri-La menjadi arti sebuah tempat yang hilang di bumi. Ada dugaan yang di maksud oleh Bapak James Shangri-La terletak Hunza Valley di Utara Negara Pakistan, berdekatan dengan perbatasan Negara China, karena sebelum bukunya dicetak, Ia pernah mengunjungi tempat ini. Namun sekarang secara resmi Daerah Yunnan, Tiongkok yang bernama Zhongdian, diberi nama Desa Shangri-La oleh Pemerintah Yunnan, walau demikian sah-sah saja daerah lain menyebutnya daerah mereka Shangri-La seperti daerah Sichuan dan Tibet.
Dalam perjalanan kembali ke Kota Guilin, dengan mengunakan transportasi darat, Bis. Karena kemarin mengunakan Kapal Air dari Guilin ke Desa Yangshou, dengan melalui Sungai Li. Kali ini saya akan mengunjungi Shangri-La yang berada di Pronpinsi Guangxi, yang letaknya Jalan Gui – Yang, 39 Km arah selatan Kota Guilin dan 15 Km arah utara dari Desa Yangshou.
Jelas ! sekarang yang saya melihat ! boleh di katakan Shangri-La, sesuai dengan arti Shangri-La itu sendiri.
Secara resmi nama tempat ini adalah China Wonderland, tempat ini memang sudah ada sejak dahulu menjadi sebuah perkampungan suku minoritas (Suku Dong), lalu karena banyak turis yang sering stop berphoto dengan rumah tradisional dengan pemandangan alam yang menakjubkan, maka terlintas ide untuk di bangun sebuah Taman yang di rangkum untuk menjadikan Taman Budaya Suku Minoritas menjadi sebuah sebuatan China Worderland.
Setiba di tempat ini, disambut oleh pemain musik dengan alat gesek tradisional, selintas alunan nada lagu ini, seperti ngawur ! namun bila di resapi, makna alunan musik dahsyat ! dan terdapat jembatan yang menyerupai rumah miniatur di dalam sebuah etalase kaca, yang disebut Wind and Rain Bridge Jembatan Angin dan Hujan. Jembatan asli juga masih ada, yang dapat setiap wisatawan lewati. Sekarang saya dan rombongan mengunakan perahu untuk memulai menyelusuri keindahan desa ini. Setiap aluran sungai yang dilalui tersaji beberapa Pavilion yang menyajikan bagian dari suku minoritas, yang menyambut kedatang setiap wisatawan, juga melintasi Gua yang gelap gulita supaya penyajian suasana menjadi seru ! dan akhirnya tiba di dermaga untuk memulai walking tour – jalan kaki – untuk melihat beberapa atraksi dan kegiatan yang di lakukan oleh suku minoritas. Ada yang mengunakan alat musik tiup, merajut membuat kain, bernyanyi sambil berpantun yang merupakan kebiasan yang dilakukan sudah ada ribuan tahun, seperti Opera yang ada di negeri barat. Dan banyak lagi acara yang menarik di sajikan di sini. Langkah terakhir melintasi Jembatan Angin dan Hujan, yang merupakan simbol dari Bangunan Suku Minoritas.
Tempat ini, memberikan kesan keadaan apa yang di maksud oleh perkataan Shangri-La. Bukan hanya sebutan sebuah nama hotel dengan fasilitas bintang 5 saja.